Sejarah desa Cigaleuh Lemahsugih Majalengka
Embah Taleng
Alkisah kira-kira tahun 1800 masehi tersebutlah Embah Taleng yang mula-mula
memegang tampuk pemerintahan di babakan Jambe mengenai asal-usul nya lembah
Taleng, waktu itu sebelumnya penulis tidak tahu. Embah Taleng Babakan Jambe
sekarang letaknya di sebelah Selatan Cigaleuh kurang lebih 1 Km dari
Sukamukti.Sekarang Babakan Jambe hutan tempat orang mengambil kayu bakar,
berkebun dan palawija. Konon
kabarnya embah Taleng sangat dicintai rakyatnya karena beliau menjalankan
tugasnya sangat arif dan bijaksana. Beliau mempunyai anak laki-laki paras
tampan, kekar badannya, bacar mulutnya, dan berbudi luhur yang dijuluki Abu
Nawas. Namanya Gandol yang ada pada waktu mulai menginjak remaja.
Sering kali Gandol
disebut tuan hakim karena beliau
mempunyai pikiran yang tajam dimana memecahkan suatu masalah yang dihadapi
handai taulan nya, itulah sebabnya gandol selalu dihargai dan disenangi oleh
seluruh rakyat besar dan kecil desa Babakan Jambe. Maka tidak mengherankan lagi
ayahnya menyerahkan pimpinannya kepada Gandol karena ayahya sudah lanjut usia.
Setelah Gandol menjadi kuwu di Babakan Jambe kurang lebih 2 tahun yang lalu,
beliau selalu hormat pada orang tuanya tidak pernah menentang segala nasihat
yang diberikannya bila akan pergi beliau berpamitan mohon do’a restu ibu
bapaknya, sebaliknya jika Gandol datang dari bepergian gandol sebelumnya
menemui kedua orang tuanya. Segala
ilmu kenegaraan dan kesaktian yang diberikan ayahnya dengan tekun dan
dijalankan menurut petunjuk ayahnya. Ketika Gandol berusia 26 tahun, ayah dan ibunya meninggal
dunia, serta dimakamkan tidak jauh dari balai desa Babakan Jambe yang sampai
saat ini makamnya terurus baik. Untuk memajukan desanya dibidang pertanian, Gandol membuka hutan
belantara sebelah Timur Balai Desa untuk ditanami pisang. Hasil pisang dari desa itu
menjadi terkenal sampai di Kabupaten Alis Kanjeung Dalem Bupati Majalengka.
Tempat kebun pisang, sekarang telah berubah wajah menjadi sawah yang terkenal
dengan nama Tegal Cau, tegal artinya kebun dan cau artinya pisang. Hasil pisang
dari Babakan Jambe setiap bulan mengalir dibawa seba ke Dalem Talaga Manggung, tidak aneh
kalau Gandol lebih akrab lagi dengan Kanjeng Dalem beseta bangsawan serta
bangsawan lainnya, bahkan sebelum itu dikala ayahnya masih hidup Gandol suka dibawa
ke talaga, sejak itulah antara gandol dan keluarga dalem
bagai satu keluarga saja, hanya yang membedakan nya ialah agama, Gandol
beragama Islam sedangkan keluarga dalem beragama Hindu atau Budha.
Atasan Ganda
Setelah Gandol memerintah kurang lebih 10 tahun terasa
sekali merasakan keberatannya di dalam membela dan mempertahankan keutuhan
semangat gotong royong, atau membela rakyatnya dari tugas-tugas pemerintahan
Belanda yang atasannya langsung ialah asisten wedana bangsa Belanda yang
berkedudukan di Keladen Talaga.
Perlu menulis kemukakan dahulu bahwa ketika embah Taleng menjadi kuwu beliau
mempunyai 2 atasan yaitu:
1. Kedaleman
talaga manggung setiap tahun seluruh kuwu dalam daerah kerajaan talaga
Manggung, harus menyerahkan upeti, yaitu hasil-hasil pertanian, peternakan,
perikanan diberikan ke Dalem, dan setiap bulan para kuwu diharuskan datang
untuk laporan.
2. Atasan
yang kedua yaitu pemerntah Belanda yang diwakili oleh seorang bangsa Belanda
yang jabatannya disebut asisten wadana yang berkedudukan di talaga.
Gandol Dipenjara
Itulah sebab musabab Gandol dipenjara ditalaga karena
tadi, disebutkan bahwa Gandol banyak rela berkorban untuk kepentingan rakyatnya
dengan cara melalaikan tugas Belanda serta mengancam akan membunuh asisten
wadana talaga dengan tangannya sendiri, oleh
karena itu, Belanda akhirnya menginginkan Gandol dipenjara di Talaga.
Adapun hubungan Gandol dengan dalem Talaga akhirnya terputus karena daerah
serta kekuasaan kerajaan dipersempit oleh Belanda, bahkan hubungan kekeluargaan
antara dalem dan Gandol harus diputuskan karena kecurigaan kepada Belanda,
walaupun Gandol dipenjara sebab dia bisa mirage tujuh.
Diganti Menjadi Cigaleuh
Walaupun
Gandol semaksimal mungkin untuk memajukan dan berusaha sekuat tenaga di bidang
keselamatan, namun manusia selamanya tidak lepas dari malapetaka, termasuk
dalam pribahasa “untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolong” seperti
halnya desa Mancagar hampir setiap tahun kebakaran, rumah penduduk, ladang,
pertanian dan sebagainya. Sering disebut KALAWAGAR sesuai dengan nama mancagar.
Kemudian Gandol bertafakur memohon petunjuk Tuhan yang maha Esa untuk memberi nama desa, maka terdapatlah
nama Cigalaeuh yang sesuai dengan nama pembukaan di atas tadi. Setelah ganti
dengan Cigaleuh, keadaan desa berubah menjadi desa baldatun toyibatun warobun
ghofur. Dengan kemajuan desa Cigaleuh dibawah pimpinan Gandol, asisten wedana
telaga semakin memuncak kedengkiannya serta kebenciannya terhadap gandol, serta
tidak pernah hilang dari benaknya ingin membunuh secara halus.
Membuat
Jembatan Di Malam Hari
Tiba-tiba datang lagi tugas baru dari
asisten wedana telaga dengan jalan bahwa pada malam itu juga gandol harus
membuat jembatan di Cihieum yang akan dilalui oleh bupati Majalengka besok pagi
pukul 06.00 yang akan rapat dg para
kuwu-kuwu di daerah kecamatan Werasari dengan melalui desa Cigaleuh atau
jembatan desa Kalapadua, Sukadana dan seterusnya. Memang tepat sekali, asisten
wedana serta rombongan sudah tiba di jembatan baru buatan semalam yang
didirikan oleh Gandol, tanpa bantuan dari siapapun. Asisten wedana tercengang
melihat jembatan siap untuk dilalui dengan tiag-tiang kayu rapi disugu dan
ditatah karena hal itu tidak mungkin
atau mustahil terjadi, dari situlah asisten wedana merasa malu dan ia bersikap
hormat padahal dalam hatinya dia menginginkan untuk membunuh Gandol dengan
segera. Kesaktian yang dimiliki Gandol, antara lain :
1. Mempunyai
ramalan sebelum kejadian
2. Mempunyai
ilmu menghilang
3. Mempunyai
ilmu kebal atau weduk
4. Mempunyai
kumis atau prisaijara yang tajamnya seperti jara alat tusuk yang terbuat dari
besi atau kawat
5. Mempunyai
ilmu tidak kena hujan
Gandol Meninggal Dunia
Walaupun sesakti apapun Gandol namun
Gandol juga adalah manusia yang selamanya tidak dalam keadaan jaya, suatu waktu pasti bertemu
dengan nasib yang malang, demikian juga dengan juragan kuwu Gandol manusia
sakti yang luar biasa tidak terlepas dari
hal tersebut, dimana suatu ketika datang lagi perintah untuk mengantarkan surat dari asisten wedana Talaga ke bupati Ciamis.
Setelah Gandol dan asistennya Asmiran
pergi ke Ciamis, ternyata badan Gandol panas dan dia terhuyung-huyung
kesakitan, karena Gandol lupa tidak membawa simarus jimat kesayang yang
selamanya membawa dia selamat dari malapetaka. Sesampainya di Majalengka Gandol
berenang di sungai Cihieum yang kebetulan saat itu sungainya sedang banjir,
tanpa fikir panjang Gandol berenang disitu dimaksudkan agar panas di badannya segera
turun. Namun selang beberapa minggu beliau berpulang ke rahmatullah, jenazahnya
dimakamkan di Desa Cigaleuh sebelah utara dan makam itu terkenal dengan nama harepan atau harapan. Makam
gandol sampai saat ini dianggap keramat
oleh masyarakat sekitarnya sebagai “Buyut Gandol".